Di antara bentuk keterampilan jiwa sang juara sejati adalah menyadari sumber motivasi yang sangat kuat serta menjadi modal utama baginya dalam mencipta keajaiban. Motivasi internal/intrinsik, demikian para pakar motivasi menamai jenis motivasi yang relatif permanen ini. Sebagian lain menamainya dengan motivasi diri (self motivation).
Motivasi diri merupakan energi dari dalam diri sang juara yang mengarahkan tingkah lakunya. Ia hadir dengan didasari kesadaran yang menyeluruh atas eksistensi diri dan tujuan hidup untuk menjadi manusia yang bermakna lebih dari adanya. Para komikus menamai manusia yang bermakna lebih dari adanya ini dengan istilah “Superman”, Nietzsche menyebutnya “Uebermensch” (manusia unggul), para ulama menyebutnya “Insan Kamil” (manusia sempurna), dan Saya ingin menyebutnya “Sang Juara”.
Motivasi jenis ini relatif permanen dan kuat karena sumbernya dari dalam diri: ‘Aku’-lah penentunya, dan ‘Aku’-lah pelakunya, maka motivasi ini menjadi bagian inheren dalam diri ‘Aku’ sehinggat teramat sulit untuk dilepaskan. Ia terus bertumbuh dan berkembang dalam ‘Aku’. Ia pun tak pernah henti untuk memicu dan memacu ‘Aku’ untuk senantiasa menoreh sejarah kesuksesan sang juara sejati.
Motivasi diri memiliki dua bagian: mental dan fisik. Secara mental, sang juara mengimajinasikan kemana dia ingin pergi. Dan secara fisik, sang juara mengambil tindakan untuk menuju ke sana. Pikiran dan tindakan memiliki tingkat urgensitas yang sama bagi Sang juara sejati dalam membangun kesuksesan hidupnya.
Orang yang termotivasi oleh dirinya sendiri menyertai kata benda dengan kata kerja: ia menentukan sasaran-sasarannya (kata benda) dan bertindak mencapainya (kata kerja). Demikian memo motivasional bagi Sang juara sejati.
Bertanyalah kepada Sang juara sejati! Niscaya dia memiliki kejelasan sasaran-sasaran yang ingin dicapai dan senantiasa dalam keadaan bertindak untuk mencapai keberhasilannya. Tidak lama setelah dia mencapai sasarannya, ia akan menetapkan sasaran-sasaran yang lebih tinggi guna meningkatkan kesuksesan yang dia capai(QS94:7).
“Motivasi diri merupakan suatu kunci menuju kesuksesan. Saya menyebutnya ‘The Miracle of Motivation’ (keajaiban motivasi)!” Demikian George Shinn menjelaskan hubungan antara motivasi diri dengan kesuksesan. Dia juga menjelaskan hubungannya dengan iman: “Saya yakin bahwa iman adalah pemotivasi utama manusia….!”.
Hal ini senada dengan sabda Rasulullah 15 abad yang lalu, “Al Imanu yashna’ul khawariq!” (Keimanan itu senantiasa melahirkan keajaiban-keajaiban fantastis). Sejarah telah membuktikan para pemilik keimanan mampu melakukan hal-hal yang kalaulah sejarawan tidak mengabadikannya, niscaya kita tidak akan pernah percaya bahwa dunia ini pernah dihuni oleh orang-orang dengan prestasi sehebat itu.
Ternyata, rahim motivasi paling subur yang senantiasa mampu melahirkan keajaiban-keajaiban tersebut bernama keimanan!
Motivasi diri merupakan energi dari dalam diri sang juara yang mengarahkan tingkah lakunya. Ia hadir dengan didasari kesadaran yang menyeluruh atas eksistensi diri dan tujuan hidup untuk menjadi manusia yang bermakna lebih dari adanya. Para komikus menamai manusia yang bermakna lebih dari adanya ini dengan istilah “Superman”, Nietzsche menyebutnya “Uebermensch” (manusia unggul), para ulama menyebutnya “Insan Kamil” (manusia sempurna), dan Saya ingin menyebutnya “Sang Juara”.
Motivasi jenis ini relatif permanen dan kuat karena sumbernya dari dalam diri: ‘Aku’-lah penentunya, dan ‘Aku’-lah pelakunya, maka motivasi ini menjadi bagian inheren dalam diri ‘Aku’ sehinggat teramat sulit untuk dilepaskan. Ia terus bertumbuh dan berkembang dalam ‘Aku’. Ia pun tak pernah henti untuk memicu dan memacu ‘Aku’ untuk senantiasa menoreh sejarah kesuksesan sang juara sejati.
Motivasi diri memiliki dua bagian: mental dan fisik. Secara mental, sang juara mengimajinasikan kemana dia ingin pergi. Dan secara fisik, sang juara mengambil tindakan untuk menuju ke sana. Pikiran dan tindakan memiliki tingkat urgensitas yang sama bagi Sang juara sejati dalam membangun kesuksesan hidupnya.
Orang yang termotivasi oleh dirinya sendiri menyertai kata benda dengan kata kerja: ia menentukan sasaran-sasarannya (kata benda) dan bertindak mencapainya (kata kerja). Demikian memo motivasional bagi Sang juara sejati.
Bertanyalah kepada Sang juara sejati! Niscaya dia memiliki kejelasan sasaran-sasaran yang ingin dicapai dan senantiasa dalam keadaan bertindak untuk mencapai keberhasilannya. Tidak lama setelah dia mencapai sasarannya, ia akan menetapkan sasaran-sasaran yang lebih tinggi guna meningkatkan kesuksesan yang dia capai(QS94:7).
“Motivasi diri merupakan suatu kunci menuju kesuksesan. Saya menyebutnya ‘The Miracle of Motivation’ (keajaiban motivasi)!” Demikian George Shinn menjelaskan hubungan antara motivasi diri dengan kesuksesan. Dia juga menjelaskan hubungannya dengan iman: “Saya yakin bahwa iman adalah pemotivasi utama manusia….!”.
Hal ini senada dengan sabda Rasulullah 15 abad yang lalu, “Al Imanu yashna’ul khawariq!” (Keimanan itu senantiasa melahirkan keajaiban-keajaiban fantastis). Sejarah telah membuktikan para pemilik keimanan mampu melakukan hal-hal yang kalaulah sejarawan tidak mengabadikannya, niscaya kita tidak akan pernah percaya bahwa dunia ini pernah dihuni oleh orang-orang dengan prestasi sehebat itu.
Ternyata, rahim motivasi paling subur yang senantiasa mampu melahirkan keajaiban-keajaiban tersebut bernama keimanan!
1 comment:
Motivasi memang merupakan ROH KESUKSESAN. Tanpa motivasi, inspirasi dan sugesti yang kuat seseorang akan jauh dari kesuksesan. Selebihnya tinggal dipoles dgn mentalitas sang juara serta tindakan yang konsisten, persisten, dan penuh determinasi agar sukses itu bukan hanya mimpi, tetapi merupakan kenyataan. Betul tidak?!
Btw, tukeran link yuk mas?
http://motivasi-arif.blogspot.com
Post a Comment