Saturday, February 11, 2006

Unjuk Rasa Dibungkam

#Berita Kompas 10 Februari 2006#

Presiden Yudhoyono Dinilai Tak Pedulikan Rakyat

Bandung, Kompas - Kebebasan berpendapat mendapat ujian. Lima pengunjuk rasa ditangkap petugas dari Kepolisian Wilayah Kota Besar Bandung dalam unjuk rasa menyambut kedatangan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam rangka memperingati Hari Pers Nasional di Bandung, Kamis (9/2).

Pengunjuk rasa yang diamankan tersebut adalah Koordinator Lapangan yang juga Wakil Presiden II Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung Johan Khan. Selain itu, mahasiswa Unpad Suratno, Mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) Oki, dan dua orang dari Serikat Pekerja Forum Komunikasi Karyawan PT Dirgantara Indonesia, Johanes Jo dan Benny, juga diamankan.

Kepala Kepolisian Kota Besar Bandung Komisaris Besar Edmon Ilyas mengatakan, penangkapan ini karena tidak ada pemberitahuan bahwa mereka hendak berunjuk rasa. Edmon juga menjelaskan, pihaknya sempat mengingatkan kepada pengunjuk rasa untuk menghentikan aksinya, tapi tidak diindahkan. ”Terpaksa mobil saya sita, ketua kelompok saya tangkap. Demokrasi harus mengerti undang-undang yang berlaku,” papar Edmon.

Namun, Presiden BEM Unpad Indra Kusuma mengaku sudah melayangkan pemberitahuan mengenai aksi ini. ”Sudah dikirim lewat faksimile,” tegas Indra.

Penangkapan ini berawal ketika pada pukul 10.00 sekitar 200 pengunjuk rasa yang tergabung dalam Front Anti SBY-JK melakukan long march menuju Gedung Merdeka dengan dipandu mobil bak terbuka.

Rencananya, mereka akan berdialog dengan Sekretaris Kabinet Sudi Silalahi. Sesampainya di perempatan Jalan Tamblong-Asia Afrika, massa dihadang barikade satuan keamanan yang terdiri dari polisi dan anggota Organisasi Kepemudaan (OKP).

Pengunjuk rasa sempat berunding dengan satuan keamanan, tapi tidak mencapai kesepakatan. Akhirnya, massa memaksa menerobos, bentrokan pun tak terhindarkan. Setelah reda, polisi kemudian mengamankan lima pengunjuk rasa beserta mobil bak terbuka yang berisi sound system untuk orasi.

Seusai menjalani pemeriksaan (BAP), kelima pengunjuk rasa tersebut diperbolehkan pulang pada pukul 15.30, sementara mobilnya masih ditahan. ”Yang kami sayangkan adalah adanya pemukulan oleh anggota OKP terhadap teman kami. Polisi membiarkan pemukulan itu,” ujar Indra. Ia mempertanyakan dasar hukum OKP melakukan pengamanan terhadap pengunjuk rasa.

Tak peduli rakyat

Dalam pernyataan sikapnya, para pengunjuk rasa menilai bahwa Presiden SBY tidak peduli dengan kesejahteraan rakyat. Indikasinya adalah kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), kebijakan impor beras, dan rencana kenaikan tarif dasar listrik (TDL).

Mereka juga menuntut agar Indonesia memutus hubungan diplomatik dengan Denmark karena telah menghina agama Islam dengan membuat kartun Nabi Muhammad SAW.

Selain massa Front Anti SBY-JK yang terkonsentrasi di Perempatan Jalan Tamblong- Asia Afrika, juga muncul pengunjuk rasa dari para mahasiswa yang tergabung dalam Gerakan Rakyat Bandung. Sekitar 40 pengunjuk rasa ini berorasi di simpang lima Asia Afrika dan bermaksud menuju Gedung Merdeka, namun dihalangi oleh petugas keamanan. Sempat terjadi dorong-mendorong antara pengunjuk rasa dan petugas keamanan, tetapi tidak sampai bentrok.

Setelah sekitar 30 menit berorasi, mereka kemudian beralih ke Jalan Naripan. Dalam orasinya, mereka menuntut agar Perusahaan Listrik Negara (PLN) diaudit, menolak kenaikan harga BBM, dan kenaikan TDL. Selang tiga jam kemudian, di tempat yang sama, Ikatan Senat Mahasiswa Hukum Indonesia Jawa Barat menyatakan hal senada.

Tuntutan serupa juga diserukan Lingkar Mahasiswa Bandung Raya yang melakukan aksi damai dengan menggelar spanduk bertuliskan penolakan kenaikan TDL di Jalan Braga. (d07)

No comments: